Wednesday, April 13, 2011

Seri 3 Pelajaran Ibadah Praktis Tuntunan Pelaksanaan Shalat 'Id

· 0 comments


Tuntunan Pelaksanaan Shalat ‘Id
Pertama         : Dianjurkan untuk mandi sebelum berangkat shalat.
Kedua            : Berhias diri dan memakai pakaian yang terbaik.
Ketiga            : Makan sebelum menuju shalat ‘id khusus untuk shalat ‘Idul Fithri.
Keempat        : Bertakbir ketika keluar hendak shalat ‘id. (Ash Shahihah no. 171)


Tata cara takbir ketika berangkat shalat ‘id ke lapangan:
  • Setiap orang harus menjahrkan (mengeraskan) bacaan takbir. Ini berdasarkan kesepakatan empat ulama madzhab. [Majmu’ Al Fatawa, , 24/220]
  •  Di antara lafazh takbir adalah,
اللهُ اَكْبَرُ, الله اكبر, لااله الاالله اكبر الله اكبر وَلِلّهِ الْحَمْدُ
“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya)”  


Kelima : Menyuruh wanita dan anak kecil untuk berangkat shalat ‘id. Namun wanita tetap harus memperhatikan adab-adab ketika keluar rumah, yaitu tidak berhias diri dan tidak memakai harum-haruman.

Sedangkan dalil mengenai anak kecil, Ibnu ‘Abbas –yang ketika itu masih kecil pernah menghadiri shalat ‘id tersebut. [HR. Bukhari no. 977]

Keenam : Melewati jalan pergi dan pulang yang berbeda.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘id, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.“[HR. Bukhari no. 986]
Ketujuh: Dianjurkan berjalan kaki sampai ke tempat shalat dan tidak memakai kendaraan kecuali jika ada hajat. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.“[HR. Ibnu Majah no. 1295]



Catatan :
1.      Tidak Ada Shalat Sunnah Qobliyah ‘Id dan Ba’diyah ‘Id (HR. Bukhari no. 964 dan Muslim no. 884)
2.      Tidak Ada Adzan dan Iqomah Ketika Shalat ‘Id (HR. Muslim no. 887)

Read More......

Seri Pelajaran Ibadah Praktis Hukum Shalat 'Id

· 0 comments


Hukum Shalat ‘Id
Menurut pendapat yang lebih kuat, hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan yang dalam keadaan mukim. Dalil dari hal ini adalah hadits dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beanjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat. [HR. Muslim no. 890]

Shalat ‘id adalah salah satu syi’ar Islam yang terbesar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi keringanan bagi wanita untuk meninggalkan shalat ‘id, apalagi dengan kaum pria.

Pelaksanaan Shalat ‘Id
Menurut mayoritas ulama waktu shalat ‘id dimulai dari matahari setinggi tombak sampai waktu zawal (matahari bergeser ke barat).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengakhirkan shalat ‘Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat ‘Idul Adha. Ibnu ‘Umar yang sangat dikenal mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar menuju lapangan kecuali hingga matahari meninggi.”

Tujuan mengapa shalat ‘Idul Adha dikerjakan lebih awal adalah agar orang-orang dapat segera menyembelih qurbannya. Sedangkan shalat ‘Idul Fitri agak diundur bertujuan agar kaum muslimin masih punya kesempatan untuk menunaikan zakat fithri.


Tempat Pelaksanaan Shalat ‘Id
Pelaksanaan shalat ‘id lebih utama (lebih afdhol) dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.

Adapun penduduk Makkah, maka sejak masa silam shalat ‘id mereka selalu dilakukan di Masjidil Haram.” Karena shalat di Masjidil Haram lebih utama dari pada mesjid yang lainnya.

Read More......

Tuesday, April 12, 2011

Seri 3 Pelajaran Ibadah Praktis Pelaksaan Shalat Tarawih

· 0 comments


Pelaksanakan Shalat Tarawih
Hadits Bukhari yang diriwayatkan Aisyah menjelaskan cara Rasulullah  melaksanakan shalat malam adalah dengan tiga salam. Jadi, dimulai dengan 4 rakaat yang sangat panjang lalu ditambah 4 rakaat yang panjang lagi kemudian disusul 3 rakaat sebagai witir (penutup).

Boleh juga dilakukan dengan dua rakaat dua rakaat dan ditutup satu rakaat. Ini berdasarkan cerita Ibnu Umar bahwa ada sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. tentang cara Rasulullah mendirikan shalat malam. Rasulullah menjawab, “Shalat malam didirikan dua rakaat dua rakaat, jika ia khawatir akan tibanya waktu subuh maka hendaknya menutup dengan satu rakaat (Muttafaq alaih, Al-Lu’lu War Marjan: 432).

Rasulullah  sendiri juga melakukan cara ini (Syarh Shahih Muslim 6/46-47 dan Muwattha’: 143-144).

Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa Rasulullah kadang melakukan witir dengan satu rakaat dan kadang tiga rakaat.

Read More......

Seri 3 Pelajaran Ibadah Praktis Sunah Tarawih dan Witir

· 0 comments


Shalat sunnah tarawih dan witir
Shalat Tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan khusus hanya pada bulan ramadhan. Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari تَرْوِيْحَةٌ yang diartikan sebagai "waktu sesaat untuk istirahat". Waktu pelaksanaan shalat sunnat ini adalah selepas isya, biasanya dilakukan secara berjama'ah di masjid. Fakta menarik tentang shalat ini ialah bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam hanya pernah melakukannya secara berjama'ah dalam 3 kali kesempatan. Disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam berikutnya karena takut hal itu akan menjadi diwajibkan kepada ummat islam.

Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk menghidupkan malam Ramadhan dengan memperbanyak sholat. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Nabi saw. Sangat mengajurkan qiyam ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi saw. Bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَه مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa yang mendirikan shalat di malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (muttafaq alaih)

Dan fakta sejarah memberi bukti, sejak zaman Rasulullah hingga kini, umat Islam secara turun temurun mengamalkan anjuran Rasulullah ini. Alhamdulillah.
Waktu pelaksanaan shalat sunnat ini adalah selepas isya', biasanya dilakukan secara berjama'ah di masjid.
Shalat ini boleh dilakukan sendirian ataupun berjamaah. Waktu shalat tarawih adalah sesudah shalat isya samapai waktu fajar. Jumlah rakaat yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ada 8 rakaat.

Read More......

Saturday, April 9, 2011

Seri 3 Pelajaran Ibadah Praktis Adab Berdo'a

· 0 comments

Adab Berdo’a
Adab berdoa dalam Islam yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah sebagai berikut :
  • Ikhlas karena Allah semata. (QS. Al-Mu’min: 14),(QS. Al-Bayyinnah: 5)
  • Awalia dengan hamdalah, lalu diikuti dengan bacaan shalawat kepada atas Rasulullah dan diakhiri dengannya.
  • Bersungguh-sungguh serta yakin akan dikabulkan
  • Penuh kerendahan dalam berdo’a dan tidak terburu-buru.
  • Menghadirkan hati dalam do’a.
  • Memanjatkan do’a, baik dalam keadaan lapang maupun susah.
  • Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah semata.
  • Tidak mendo’akan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri.
  • Merendahkan suara ketika berdo’a, yaitu antara samar dan keras. (QS. Al-A’raaf: 55, 205).
  • Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu mohon ampunan atasnya, serta mengakui nikmat yang telah diterima dan bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut.
  • Tidak membebani diri dalam membuat sajak dalam do’a.
  • Tadharru’ (merendahkan diri), khusyu’, raghbah (berharap untuk dikabulkan) dan rahbah (rasa takut tidak dikabulkan). (QS. Al-Anbiyaa’: 90).
  • Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat.
  • Memanjatkan do’a tiga kali.
  • Menghadap Qiblat.
  • Mengangkat kedua tangan dalam do’a.
  • Jika mungkin berwudhu’ terlebih dahulu sebelum berdo’a.
  • Tidak berlebih-lebihan dalam berdo’a.
  • Tawassul kepada Allah dengan Asmaa’-ul Husna dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi, atau dengan amal shalih yang pernah dikerjakannya sendiri atau dengan do’a seorang shalih yang masih hidup dan berada di hadapannya.
  • Harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran).
  • Hendaklah orang yang berdo’a memulai dengan mendo’akan diri sendiri, jika dia hendak medo’akan orang lain.

Read More......

Seri 3 Pelajaran Ibadah Praktis Adab Tayamum dan Tata Caranya

· 0 comments


Adab Tayamum dan Tata Caranya
Adab tayamum antara lain :
  •  Membaca basmalah
  • Renggangkan jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
  • Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipis-kan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
  • Niat tayamum dalam hati
  • Mengusap telapak tangan ke muka secara merata
  • Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan
  • Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
  • Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
  • Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri

Read More......

Seri 3 Pelajaran Ibadah Praktis Tata Cara Shalat Jum'at

· 0 comments


Tata Cara Shalat Jumat
Adapun tata cara pelaksanaan salat Jumat yaitu imam naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari kemudian memberi salam. Apabila ia sudah duduk maka muazin melaksanakan azan sebagaimana halnya azan Dhuhur. Selesai azan berdirilah imam utk melaksanakan khotbah yg dimulai dengan  :

1.     Hamdalah dan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
2.     Membaca shalawat kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.
3.     Memberikan nasihat kepada para jamaah mengingatkan mereka dgn suara yg lantang menyampaikan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya mendorong mereka utk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan dan mengingatkan mereka dgn janji-janji kebaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta ancaman-ancaman-Nya.
4.     Duduk sebentar lalu memulai khotbahnya yg kedua dengan hamdalah dan pujian kepada-Nya. Kemudian melanjutkan khotbahnya dgn pelaksanaan yg sama dgn khotbah pertama dan dgn suara yg layaknya seperti suara seorang komandan pasukan perang sampai selesai tanpa perlu berpanjang lebar kemudian turun dari mimbar.

Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamah untuk melaksanakan salat. Kemudian salat berjamaah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan dan sebaiknya surat yg dibaca pada rakaat pertama setelah al-Fatihah adl surat Al-A’la dan pada rakaat kedua surat Al-Ghasyiah atau pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah surat Al-Jumu’ah dan pada rakaat kedua surat Al-Munafiqun. Akan tetapi jika imam membaca surat yg lain juga tidak apa-apa.

Read More......

Blog Archive